IDEALISME
1. Pengertian
secara Etimologi dan Terminologi
Secara etimilogi
idealisme berasal dari bahasa Yunani yakni ide atau idea
yang berarti pikiran murni dan isme yang berarti aliran. Sehingga dapat
disebutkan bahwa idealisme adalah paham aliran pikiran murni. Ada juga yang
menyebutkan bahwa idealisme berasal dari kata idea yang berarti sesuatu
yang hadir dalam jiwa[1].
Sedangkan secara terminologi adalah paham yang mengatakan bahwa segala realitas
berasal dari ide, dan ide adalah realitas mutlak dan abadi.
Pada intinya
ajaran ini mendoktrin bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam
ketergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (ruh).
Dari sini dapat
ditarik beberapa pengertian idealisme (lihat Kamus Filsafat, Lorens Bagus):
·
Alam semesta adalah suatu penjelmaan
pikiran
·
Eksistensi realitas bergantung pada
pikiran dan aktivitas-aktivitas pikiran
·
Semua realitas itu bersifat mental
·
Yang dijelaskan tentang ralitas adalah
yang berkenaan dengan gejala-gejala psikis (pikiran, ide, ruh, dll)
·
Yang ada hanyalah aktivitas pikiran dan
isi pikiran
2. Sejarah
Singkat Idealisme
Aliran ini
dipelopori atau mulanya terlihat pada Uskup George Barkeley (1685-1753) yang
menyatakan bahwa hakikat objek-objek fisik adalah idea-idea[2].
Namun istilah ini digunakan oleh Leibniz pada permulaan abad ke-18 (ibid) yang
didasari dengan pemikiran Plato yaitu bahwa hakikat realitas itu merupakan hal
yang bersifat spiritual. Sehingga dapat disebut juga bahwa Plato merupakan
tokoh idealis pertama.
Pada era modern,
aliran ini berkembang di Jerman dengan Barkeley sebagai idealis pertama pada
abad ke-18 yang menolak eksistensi tunggal benda-benda. Barkley juga dikenal
dengan 3 argumen idealisnya:
·
Apa yang diketahui harus ada didalam
pikiran
·
Kita tidak dapat mengatakan secara
positif bahwa materi yang dipahami berada bebas dari pemahaman
·
Sifat objek fisik selalu berekor pada
pengalaman atau pikiran
Kant juga menyebut dirinya sebagai idealis empiris
yang menyatakan bahwa cara manusia memahami suatu objek yakni melaui ruang dan
waktu yang baginya ruang dan waktu itu tidaklah eksis, sehingga bergantung pada
ide. Selanjutnya munculah para filosof idealis yang mana pemikiran mereka
bermuara pada pemikiran Kant, seperti Fichte yang memang merupakan murid dari
Kant, Schelling serta Hegel yang pada intinya mereka menyatakan bahwa dunia ini
merupakan hasil dari ide sang ruh mutlak.
3. Isi
Ajaran Idealisme
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa ajaran filsafat idealisme adalah segala sesuatu yang
bersifat fisik merupakan hasil olahan dari pikiran atau aktivitas pikiran. Maka
yang dapat dikatakan realitas adalah pikiran atau aktivitas pikiran itu
sendiri, sedangkan yang bersifat fisik itu merupakan ketiadaan. Ada 2 jenis
aliran idealisme:
·
Idealisme Obyektif:
Yakni bahwa realitas itu berasal dari pikiran universal (berasal dari luar
manusia) atau disebut ide absolut oleh Hegel yang kemudian menjelma dalam
gejala-gejala alam. Akal hanya menemukan apa yang sudah terdapat dalam susunan
alam. Idealisme objektif berkeyakinan pada sesuatu yang bukan materi, dikatakan
bahwa sesuatu yang abadi itu ada sebelum alam semesta ini ada, termasuk manusia
beserta segala pikiran dan jiwanya.
·
Idealisme Subyektif:
Yakni berkeyakinan bahwa segala sesuatu itu bertitik tolak pad aide manusia
atau ide itu sendiri. Mereka menyatakan bahwa segala jelmaan yang ada di alam
semesta ini merupakan hasil dari ide atau pikiran manusia itu sendiri. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini
adalah George Berkeley (1684-1753 M), Inggris. Menurut Berkeley, segala sesuatu
yang tertangkap oleh sensasi/perasaan kita itu bukanlah materi yang real dan
ada secara objektif.
·
Idealisme personal: Idealisme personal yaitu nilai-nilai perjuangannya
untuk menyempurnakan dirinya. Bagi seorang personalis, realitas dasar itu
bukanlah pemikiran yang abstrak atau proses pemikiran yang khusus, akan tetapi
seseorang, suatu jiwa atau seorang pemikir[3].
4. Tokoh-Tokoh
Idealisme
Istilah idealisme berkembang dalam beberapa
pengertian, banyak para filosof yang mengembangkan filsafat idealismenya
sendiri. Banyak sekali filosof yang dapat digolongkan sebagai filosof idealis,
namun yang akan dipaparkan di sini adalah tiga tokoh penting dalam filsafat
idealisme, yakni Johann Gottelieb Fichte, Friedrich Wilhelm Joseph Schelling,
dan George Wilhelm Friedrich Hegel.
Fitche
(1762-1814)
Fitche adalah filosof Jerman. Ia belajar
teologi di Jena pada tahun 1780-1788. Berknalan dengan filsafat Kant di Leipzig
1790. Berklana ke Konigsberg untuk menemui Kant dan menulis Crituque of
Revelation pada zaman Kant. Buku ini dipersembahkannya kepada Kant. Tahun
1810-1812 ia menjadi rektor Universitas Berlin.
Schelling
mengatakan bahwa idealisme yang dianut oleh Fichte adalah idealisme subjektif,
karena baginya (Fichte) dunia adalah tempat memahami subjek. Fichte adalah
tokoh yang berpendapat bahwa kemauan moral (moral will) merupakan hal
utama di dalam idealisme, dan dianggap sebagai pendiri idealisme Jerman.
Schelling (1775-1854)
Schelling sudah mencapai kematangan
sebagai filosof pada usianya yang amat muda. Pada tahun 1798, ketika umurnya 23
tahun, ia telah menjadi guru besar di Universitas jena. Sampai akhir hidupnya
pemikirannya selalu berkembang. Namun, kontinuitasnya tetap ada. Pada periode
akhir dalam hidupnya ia mencurahkan perhatiannya pada agama dan mistik. Dia
adalah filosof Jerman yang telah meletakkan dasar-dasar pemikiran bagi
perkembangan idealisme Hegel. Ia pernah menjadi kawan Fichte. Bersama Fichte
dan Hegel, ia adalah idealis Jerman yang terbesar. Pemikirannya pun merupakan
mata rantai antara Fichte dan Hegel.
Schelling menyebut filsafatnya pada masa
pertengahan perkembangan pemikirannya dengan idealisme objektif, karena
menurutnya alam adalah sekedar “intelegensi yang dapat dilihat”. Dengan
mengangkat alternatif ini untuk menujukkan semua filsafat yang mengidentikkan
realitas dengan ide, akal, atau roh.
Hegel
(1770-1831)
Idealisme Jerman memuncak pada Hegel.
Walaupun usianya lebih tua daripada Schelling, Hegel menyusun karyanya yang
terpenting ketika Schelling sudah menjadi filosof yang terkenal. Mula-mula ia
dianggap sebagai murid Schelling, tapi lama-kelamaan ia berdiri sendiri dan
banyak perbedaan dengan pemikiran Schelling.
Hegel menyebut filsafat idealismenya
sebagai idealisme absolut yang merupakan sintesis tertinggi dibandingkan dengan
tesis (idealisme subjektif) dan antithesis (idealisme objektif). Dan sejak ia
mengemukakan idealisme absolute, banyak filosof yang menekankan pemikirannya
pada Yang Absolut. Di antaranya adalah Bradley, T.H. Green, Bernard Bosanquest,
dan Josiah Royce.
No comments:
Post a Comment