Monday, January 7, 2013

Idealisme



 IDEALISME

1.    Pengertian secara Etimologi dan Terminologi

Secara etimilogi idealisme berasal dari bahasa Yunani yakni ide atau idea yang berarti pikiran murni dan isme yang berarti aliran. Sehingga dapat disebutkan bahwa idealisme adalah paham aliran pikiran murni. Ada juga yang menyebutkan bahwa idealisme berasal dari kata idea yang berarti sesuatu yang hadir dalam jiwa[1]. Sedangkan secara terminologi adalah paham yang mengatakan bahwa segala realitas berasal dari ide, dan ide adalah realitas mutlak dan abadi.


Pada intinya ajaran ini mendoktrin bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam ketergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (ruh).
Dari sini dapat ditarik beberapa pengertian idealisme (lihat Kamus Filsafat, Lorens Bagus):
·         Alam semesta adalah suatu penjelmaan pikiran
·         Eksistensi realitas bergantung pada pikiran dan aktivitas-aktivitas pikiran
·         Semua realitas itu bersifat mental
·         Yang dijelaskan tentang ralitas adalah yang berkenaan dengan gejala-gejala psikis (pikiran, ide, ruh, dll)
·         Yang ada hanyalah aktivitas pikiran dan isi pikiran

2.    Sejarah Singkat Idealisme
Aliran ini dipelopori atau mulanya terlihat pada Uskup George Barkeley (1685-1753) yang menyatakan bahwa hakikat objek-objek fisik adalah idea-idea[2]. Namun istilah ini digunakan oleh Leibniz pada permulaan abad ke-18 (ibid) yang didasari dengan pemikiran Plato yaitu bahwa hakikat realitas itu merupakan hal yang bersifat spiritual. Sehingga dapat disebut juga bahwa Plato merupakan tokoh idealis pertama.
Pada era modern, aliran ini berkembang di Jerman dengan Barkeley sebagai idealis pertama pada abad ke-18 yang menolak eksistensi tunggal benda-benda. Barkley juga dikenal dengan 3 argumen idealisnya:
·         Apa yang diketahui harus ada didalam pikiran
·         Kita tidak dapat mengatakan secara positif bahwa materi yang dipahami berada bebas dari pemahaman
·         Sifat objek fisik selalu berekor pada pengalaman atau pikiran
Kant juga menyebut dirinya sebagai idealis empiris yang menyatakan bahwa cara manusia memahami suatu objek yakni melaui ruang dan waktu yang baginya ruang dan waktu itu tidaklah eksis, sehingga bergantung pada ide. Selanjutnya munculah para filosof idealis yang mana pemikiran mereka bermuara pada pemikiran Kant, seperti Fichte yang memang merupakan murid dari Kant, Schelling serta Hegel yang pada intinya mereka menyatakan bahwa dunia ini merupakan hasil dari ide sang ruh mutlak.

3.    Isi Ajaran Idealisme

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ajaran filsafat idealisme adalah segala sesuatu yang bersifat fisik merupakan hasil olahan dari pikiran atau aktivitas pikiran. Maka yang dapat dikatakan realitas adalah pikiran atau aktivitas pikiran itu sendiri, sedangkan yang bersifat fisik itu merupakan ketiadaan. Ada 2 jenis aliran idealisme:
·         Idealisme Obyektif: Yakni bahwa realitas itu berasal dari pikiran universal (berasal dari luar manusia) atau disebut ide absolut oleh Hegel yang kemudian menjelma dalam gejala-gejala alam. Akal hanya menemukan apa yang sudah terdapat dalam susunan alam. Idealisme objektif berkeyakinan pada sesuatu yang bukan materi, dikatakan bahwa sesuatu yang abadi itu ada sebelum alam semesta ini ada, termasuk manusia beserta segala pikiran dan jiwanya.
·         Idealisme Subyektif: Yakni berkeyakinan bahwa segala sesuatu itu bertitik tolak pad aide manusia atau ide itu sendiri. Mereka menyatakan bahwa segala jelmaan yang ada di alam semesta ini merupakan hasil dari ide atau pikiran manusia itu sendiri. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah George Berkeley (1684-1753 M), Inggris. Menurut Berkeley, segala sesuatu yang tertangkap oleh sensasi/perasaan kita itu bukanlah materi yang real dan ada secara objektif.
·         Idealisme personal: Idealisme personal yaitu nilai-nilai perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya. Bagi seorang personalis, realitas dasar itu bukanlah pemikiran yang abstrak atau proses pemikiran yang khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwa atau seorang pemikir[3].

4.    Tokoh-Tokoh Idealisme

Istilah idealisme berkembang dalam beberapa pengertian, banyak para filosof yang mengembangkan filsafat idealismenya sendiri. Banyak sekali filosof yang dapat digolongkan sebagai filosof idealis, namun yang akan dipaparkan di sini adalah tiga tokoh penting dalam filsafat idealisme, yakni Johann Gottelieb Fichte, Friedrich Wilhelm Joseph Schelling, dan George Wilhelm Friedrich Hegel.

Fitche (1762-1814)
      Fitche adalah filosof Jerman. Ia belajar teologi di Jena pada tahun 1780-1788. Berknalan dengan filsafat Kant di Leipzig 1790. Berklana ke Konigsberg untuk menemui Kant dan menulis Crituque of Revelation pada zaman Kant. Buku ini dipersembahkannya kepada Kant. Tahun 1810-1812 ia menjadi rektor Universitas Berlin.
Schelling mengatakan bahwa idealisme yang dianut oleh Fichte adalah idealisme subjektif, karena baginya (Fichte) dunia adalah tempat memahami subjek. Fichte adalah tokoh yang berpendapat bahwa kemauan moral (moral will) merupakan hal utama di dalam idealisme, dan dianggap sebagai pendiri idealisme Jerman.

Schelling (1775-1854)                   
      Schelling sudah mencapai kematangan sebagai filosof pada usianya yang amat muda. Pada tahun 1798, ketika umurnya 23 tahun, ia telah menjadi guru besar di Universitas jena. Sampai akhir hidupnya pemikirannya selalu berkembang. Namun, kontinuitasnya tetap ada. Pada periode akhir dalam hidupnya ia mencurahkan perhatiannya pada agama dan mistik. Dia adalah filosof Jerman yang telah meletakkan dasar-dasar pemikiran bagi perkembangan idealisme Hegel. Ia pernah menjadi kawan Fichte. Bersama Fichte dan Hegel, ia adalah idealis Jerman yang terbesar. Pemikirannya pun merupakan mata rantai antara Fichte dan Hegel.
      Schelling menyebut filsafatnya pada masa pertengahan perkembangan pemikirannya dengan idealisme objektif, karena menurutnya alam adalah sekedar “intelegensi yang dapat dilihat”. Dengan mengangkat alternatif ini untuk menujukkan semua filsafat yang mengidentikkan realitas dengan ide, akal, atau roh.

Hegel (1770-1831)
      Idealisme Jerman memuncak pada Hegel. Walaupun usianya lebih tua daripada Schelling, Hegel menyusun karyanya yang terpenting ketika Schelling sudah menjadi filosof yang terkenal. Mula-mula ia dianggap sebagai murid Schelling, tapi lama-kelamaan ia berdiri sendiri dan banyak perbedaan dengan pemikiran Schelling.
      Hegel menyebut filsafat idealismenya sebagai idealisme absolut yang merupakan sintesis tertinggi dibandingkan dengan tesis (idealisme subjektif) dan antithesis (idealisme objektif). Dan sejak ia mengemukakan idealisme absolute, banyak filosof yang menekankan pemikirannya pada Yang Absolut. Di antaranya adalah Bradley, T.H. Green, Bernard Bosanquest, dan Josiah Royce.



[1] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, hal. 144.
[2] (ibid)
[3]Rasjidi, Filsafat Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1997, hal. 128

No comments:

Post a Comment